PENDIDIKAN ISLAM PADA REMAJA ZAMAN NOW
PENDIDIKAN ISLAM PADA REMAJA ZAMAN NOW
By
: Diana Puspita S. (MPI : 2014138200123)
STAINIM Sidoarjo
MK : APLIKASI KOMPUTER
1.
Remaja Muslim di Gerbang Kehancuran
Remaja muslim saat ini memiliki peran yangs sangat
penting. Terutama untuk mewujudkan generasi masa depan yang mampu meninggikan
Islam. Namun masihkan ada harapan, sedangkan realitas sebagian generasi muda
kita saat ini diserang dengan perilaku yang rusak dan menyimpang.
Yup, Di tengah-tengah desingan mesiu serangan budaya
barat yang rusak, sedikit banyaknya kehidupan sekularisme saat ini telah
menciptakan generasi muda yang menyedihkan. Kerusakan moral, pergaulan bebas,
narkoba, tawuran, hingga lupa ajaran Islam dan merasa asing dengan agamanya
sendiri. Sungguh-sungguh sangat menyedihkan dan pilu melihatnya.
Ini tak terlepas dari pendidikan yang memandang
sebelah mata kepada proses pribadi para pelajar. Pendidikan sekularisme telah
menjadikan anak-anak muslim sebatas manusia yang kenal materi dan haus kepada
kepribadian yang sesungguhnya. Bagaimana hal tersebut tidak terjadi, ketika
porsi pelajaran agama di sekolah hanya 2 jam per minggu. Ini tentu sangat tidak
cukup sekali. Padahal setiap hari mereka didik oleh budaya barat yang rusak
melalui media televisi atau media sosial yang rusak.
Keluarga muslim, benar-benar telah dihancurkan.
Taroh saja, acara televisi semacam MamaMia, sang ibu berkerudung, tapi sang
anak dengan lenggak lenggok mengumbar aurat. Sang Ibu merasa bangga saat
anaknya manggung, tak merasa sedikitpun rasa dosa membiarkan anaknya dalam
jurang kemungkaran. Begitu juga, acara acara idola-idola cilik, sejak dini si
anak sudah diarahkan untuk menjadi idola semu yang jauh dari nilai-nilai
ruhiyyah. Alih-alih mereka bangga karena sudah dapat membaca al-Quran,
melainkan yang mereka banggakan punya anak pintar nyanyi dan berjoget. Miris,
kan?
Apa itu semua kita biarkan begitu saja? Tentu tidak!
Di tengah-tengah generasi kelabu tersebut, haruslah ada mutiara-mutiara yang
akan menyelamatkan mereka. Akan menjadi cahaya bagi mereka. Siapakah mereka???
Lalu, kepada siapa kita berharap? Masihkah ada
kepedulian dari mereka yang memiliki hati dan kerinduan pada kehidupan Islam?
Apa selanjutnya?
2.Fenomena
Pacaran Remaja
Jika kita berbicara tentang tema pacaran, tentu
tidak asing lagi bagi muda mudi yang sudah memasuki masa pubertas, masa di mana
seorang pemuda sudah mulai mengenal arti kecantikan seorang wanita, dan begitu
juga sebaliknya, seorang wanita sudah mulai mengenal arti ketampanan seorang
pemuda. Masa muda adalah masa yang labil, masa yang penuh dengan bermacam
fenomena, masa di mana seorang anak manusia cenderung kearah pencarian jati
diri, pengakuan dari individu luar, ingin tau banyak hal tentang kehidupan,
serta membutuhkan rasa kasih sayang dari individu yang ia anggap mampu
memberikan hal tersebut selain orang tua, yaitu lawan jenisnya. Salah satu
fenomena itu ialah yang populer di sebut pacaran.
Definisi pacaran memiliki makna tersendiri serta
dalam lingkup yang sangat luas, bahkan bisa dikatakan “pacaran” bukan bahasa
definitive yang bisa dipakai untuk mewakili fenomena yang terjadi terhadap muda
mudi tersebut, karena pengertian dan batasannya tidak sama buat setiap orang
sesuai dengan pengalaman sosio-kulturalnya.
Asal kata “pacaran” dalam bahasa Indonesia adalah
“pacar”, yang memiliki arti, “kekasih” atau teman lawan jenis yang tetap dan
mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Yang kemudian mendapat imbuhan –an
atau ber-an yang arti harfiahnya “bercintaan”; (atau) “berkasih-kasihan”
(dengan sang pacar).
Kemudian Wikipedia mendefinisikan kata “pacaran”
sebagai proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam
rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal
dengan “pernikahan”. Yang pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih
sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan
masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan
nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan. Maka tidak
sedikit hal itu disalah artikan oleh kalangan muda mudi yang mengidolakan
pacaran tersebut dengan melakukan tindakan-tindakan yang sangat jauh dari norma
sosial, kesopanan, apalagi agama.
Lalu bagaimana Islam sebagai agama menyikapi
fenomena ini, yang mau tak mau bisa saya katakan remaja atau muda mudi Islam
saat ini hampir kebanyakan mereka menjalani lakon di atas, baik yang Islamnya
hanya tertera di KTP sampai kalangan yang bisa dikatakan memiliki latar
belakang pendidikan agama yang cukup mumpuni seperti para santri, ustadz,
mahasiswa perguruan tinggi Islam, aktivis Islam, dan lain sebagainya yang
menggeluti dunia keislaman, dengan bermacam istilah lain yang mereka gunakan
dalam mengartikan hal tersebut.
Islam
mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Karena itu adalah
fitrahnya. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah
Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.
Mari kita telusuri hal ini dalam arti firmannya di bawah ini:
“Dijadikan terasa indah dalam
pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa
perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas
dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”. (QS. Ali Imran:
14).
Kitab suci Al-Qur’an tidak menafikan hal itu bukan?
Tapi, cinta yang bagaimana termasuk kategori di atas, yakni cinta yang mampu
memberikan rasa indah dalam pandangan manusia? Apakah cinta yang dibalut dengan
istilah pacaran di atas termasuk kategori ayat tersebut?
Sahabatku para remaja muslim, dalam agama Islam kita
dianjurkan untuk menjaga pandangan dan memelihara kemaluan agar kita tidak
terjerumus ke dalam lembah ajakan setan laknatullah, karena setan selalu
mengajak anak manusia untuk ingkar kepada Allah dan syariat yang dibawa oleh
utusannya Nabi besar Muhammad SAW. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an:
“Katakanlah kepada orang laki-laki
yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang
beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…..” (QS.
An-Nur: 30-31)
Dalam ayat yang lain kita dilarang
mendekati zina.
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang
buruk”. (QS. al Israa’: 32)
Setujukah kalian wahai
para remaja muslim jika saya katakan pacaran itu adalah jalan (mendekati) untuk
melakukan perbuatan zina? Coba kita perhatikan apa saja yang sering dilakukan
oleh orang yang sedang berpacaran. Bukankah kalau berpacaran itu tak jauh dari
bermesraan, berdua-duaan di tempat gelap, saling berpegangan tangan, ciuman
atau berpelukan, dan terakhir berbuat zina? Jika memang itu yang terjadi, yuk
kita simak dalam sabda nabi:
“Janganlah sekali-kali seorang
laki-laki menyendiri dengan seorang perempuan kecuali ditemani oleh
mahram-nya”. (HR. Imam Bukhari)
Dalam hadits riwayat Imam Ahmad,
disebutkan pula:
“Janganlah sekali-kali seorang
laki-laki menyendiri dengan perempuan yang tidak halal baginya, karena orang
yang ketiganya nanti adalah syaithan, kecuali kalau ada mahramnya”.
Sahabatku para remaja muslim, adakah pacaran tanpa
hal-hal negatif di atas? Tanpa bermesraan, tanpa pegangan tangan, ciuman,
pelukan dan seterusnya. Saya rasa tidak ada, kenapa? Karena pacaran itu menurut
saya hanya cinta kasih yang hanya mengedepankan hawa nafsu belaka, keegoisan,
dan rasa ingin memiliki saja. Remaja muslim jangan tergiur oleh istilah pacaran
Islami, ta’aruf, atau apalah namanya, karena tipu muslihat setan itu sangat
halus saudaraku. Sungguh aneh jika ada yang mengatakan “kita boleh berpacaran asal
itu dilakukan secara islami, mencintai karena Allah”. Rasanya sangat lucu
sekali jika selepas melakukan hubungan vertikal kepada Allah (shalat) kemudian
kita melakukan hubungan horizontal kepada sang pacar dengan bermesraan lewat
telepon, sms, atau lewat jejaring sosial. Sangat aneh jika setelah membaca
mushaf kemudian kita membaca surat dari sang pacar, pergi ke majelis ta’lim
berduaan pakai motor, dsb. Akhirnya STMJ (shalat terus maksiat pun jalan)
na’udzubillah min dzalik.
Janganlah kita mencampuradukkan kebenaran dengan
kebatilan hanya demi sang nafsu yang tak pernah kenyang. Tundukkanlah pandangan
terhadap lawan jenismu, agar kau bisa selamat. Karena pandangan itu tak ubahnya
seperti sebilah anak panah yang beracun, jika kau lepaskan ia dari busurnya maka
ia akan mengenai hatimu yang selanjutnya akan membinasakanmu dengan racun
tersebut. Ingatlah bahwa nafsu hanya bisa dikalahkan dengan rasa takut kepada
Allah, dengan mendekatkan diri kepadanya. Semoga Allah memelihara kita semua
dari fitnah zaman ini.
3.Pentingnya
pendidikan islam bagi remaja
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada
tanggal 2 April , itu sudah menjadi rutinitas untuk selalu diperingati, karena
pada hari itulah lahirnya pendidikan di Indonesia. Namun memperingati momentum tersebut,
tiada lain hanya sekedar untuk memperingati, sehingga belum mampu memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan pendidikan. Salah satu bukti
belum berhasilnya pendidikan kita yaitu
pendidikan pada remaja.
Realita yang
ada, kita melihat di media-media baik
cetak maupun elektronik para remaja
tidak sedikit yang jatuh kepada jurang
kehidupan. Kemaksiatan merajalela, tindak kriminal, perkelahian, perjudian,
mabuk-mabukan, praktek prostitusi seakan-akan sudah menjadi hal yang biasa pada
kehidupan remaja. Itulah yang menjadi bukti kegagalan dunia pendidikan kita.
Kegagalan pendidikan kita, tiada lain disebabkan
praktek-praktek pendidikan yang ada tidak beresensikan pada Pendidikan Islam.
Pendidikan kita hanya berorientasikan keberhasilan salah satu aspek saja
(kognitif),tidak berorientasikan pada keberhasilan seluruh aspek manusia
seutuhnya (kognitif, afektif, psikomotor).
4.
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Islam
Adapun pengertian dari pendidikan Islam yang di
kutip pada hasil seminar pendidikan Islam seluruh Indonesia berhasil merumuskan
bahwa “ pendidikan Islam adalah
bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam
dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua
ajaran Islam (seminar Pendidikan Islam 1996)
Tujuan
Pendidikan Islam yaitu mendidik manusia supaya menjadi muslim sempurna
mempunyai keimanan dan ketakwaan yang seluruh aktivitasnya hanyalah untuk
beribadah kepada Allah SWT.(Ahmad tafsir
: 2003;12)
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa pengertian dan tujuan Pendidikan Islam yaitu
bimbingan terhadap pengembangan seluruh aspek anak didik (kognitif, afektif,
psikomotor), supaya kelak anak didik menjadi insan yang sempurna yang mempunyai
kepribadian muslim.
5.
Masa Remaja dan problematikanya
Masa remaja disebut juga masa Gulam . Masa peralihan
(transisi) dari masa anak-anak ke masa dewasa. Secara fisik mungkin sudah
menyerupai dewasa berkisar antara 12 sampai 20 tahun. Ada beberapa ciri yang
menandai pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikis pada remaja di antaranya: a) pertumbuhan fisik sangat pesat b) perubahan
suara, tumbuh bulu-bulu, serta membesarnya bagian organ tubuh tertentu c) belum
stabilnya emosi (Ambivalensi) yaitu kegamangan/kebimbangan d) masa pencarian
pembentukan karakter. Pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis remaja itu
bisa menjadi bumerang. Apalagi bila
remaja tidak mendapatkan bimbingan spiritualitas keagamaannya baik dari orang
tua maupun dari gurunya di sekolah,
pasti akan rentan masuk pada pergaulan bebas dalam rangka merefleksikan
beban-beban yang membelenggu seiringan dengan pertumbuhan dan perkembangan
psikisnya.
6.
Pendidikan Islam Solusi Problematika Remaja
Pendidikan Islam adalah satu-satunya solusi dalam mengatasi
problematika remaja saat ini. Pendidikan Islam mendidik para remaja pada
seluruh aspek (kognitif, afektif, psikomotor), terutama aspek moralitas yang menjadi krisis terhadap
kehidupan remaja
Prof Zakiyah
derajat (ahli ilmu jiwa) memberikan pesan
sehubungan dengan pembinaan dan pendidikan terhadap remaja harus
menunjukkan sikap di antaranya:
- Tunjukan
pengertian dan perhatian terhadap mereka.
- Bantulah
remaja untuk mendapatkan rasa aman.
- Timbulkan
Pada remaja bahwa dia disayang
- Hargai dan
hormati mereka
- Berilah
remaja kebebasan dalam batas-batas tertentu (Kebebasan yang tidak
melanggar norma-norma Agama)
Demikian juga Pendidikan Islam
memberikan pembinaan yang lembut terhadap remaja, yang memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan psikisnya. Sehingga mampu memberikan pembinaan
yang baik, sesuai dengan
perkembangannya. Pendidikan Islam ini bisa dilakukan oleh orang tua, guru baik
di sekolah maupun di majelis ta’lim
maupun para pendidik umumnya.
Sumber : Al-Qur’an dan Terjemahnya
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan
Islam. 2003. Rosda karya : Bandung
Zakiyah derajat. Ilmu Jiwa Agama
1970. Bulan Bintang :Jakarta
remaja.html
Komentar
Posting Komentar