MANAJEMEN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Pendidikan anak usia dini merupakan peletak dasar pertama dan utama dalam pengembangan pribadi anak, baik berkaitan dengan karakter, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial, emosional, spiritual, disiplin diri, konsep diri, maupun kemandirian. Oleh karena itu, dalam memberikan layanan pendidikan, perlu dipahami karakteristik perkembangan serta cara-cara anak belajar dan bermain. Untuk kepentingan tersebut, para orang tua dan guru di samping perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang psikologi pendidikan, juga dituntut untuk memahami psikologi perkembangan anak dan psikolog belajar. Psikologi dimaksud adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku anak usia dini dalam konteks pendidikan, belajar, dan perkembangan.
Mengingat pentingnya anak dalam pendidikan, dan pentingnya anak usia dini dalam perkembang manusia serta keseluruhan, maka pendidikan anak usia dini (PAUD) perlu diberikan melalui berbagai rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar lebih siap memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam hal ini, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, serta menjadi fondasi perkembangan kepribadiannya. Anak yang mendapatkan pendidikan sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan fisik dan mental, yang akan berdampak pada peningkatan motivasi, prestasi, dan kinerjanya, sehingga akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan berbagai potensinya.
Bloom mengemukakan bahwa separuh potensi manusia sudah terbentuk ketika berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun, dan 30% terbentuk pada usia 4-8 tahun. Dengan demikian, 80% potensi manusia tersebut terbentuk dalam kehidupan rumah tangga dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, disiplin, kebiasaan, karakter, kemampuan, dan kepribadian seseorang sangat bergantung pada orang tua, dan lingkungan sekitar rumahnya. Makanan dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua akan turut membentuk kepribadian anak, menentukan pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya, serta mewarnai sikap dan prilakunya. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas yang mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak siap memasuki pendidikan dasar. Dalam pada itu, Direktorat PAUD Depdiknas menyatakan bahwa PAUD adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang  anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik, dan moral, spiritual, motorik, emosional, dan sosial yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan anak usia dini merupakan sarana untuk menggali dan mengembangkan berbagai potensi anak agar dapat berkembang secara optimal.
Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk layanan pendidikan yang diberikan kepada anak sejak lahir hingga usia enam tahun, dengan cara memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangannya yang meliputi aspek fisik dan nonfisik. Bidang garapan pendidikan anak usia dini meliputi

1.      Pendidikan keluarga (0-2 tahun)
2.      Taman pengasuhan anak (TPA) untuk usia 2 bulan-5 tahun.
3.      Kelompok bermain (play group) untuk usia 3- 4 tahun.
4.      Taman kanak-kanak (TK) untuk usia sampai 6 tahun.
5.      Bina keluarga balita (BKB)
Bidang garapan PAUD tidak terbatas pada pendidikan anak, tetapi juga terkait dengan pendidikan orang tua tentang pendidikan anak sehingga mereka dapat memberikan pengasuhan yang tepat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Yussen dan Santrok (1980) mengatakan bahwa kemampuan sosialisasi anak sangat terkait dengan orang-orang disekeliling anak yang disebut agen sosial, yaitu setiap orang yang berhubungan dengan seorang anak, misalnya ayah dan ibunya, pengasuh, teman sebaya, guru, dan keluarga lainnya yang memengaruhi cara anak berperilaku.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa layanan PAUD dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, karena berkaitan dengan budaya, ekonomi, pengetahuan orang tua, masyarakat, agen sosial, serta nilai anak dalam suatu masyarakat. Untuk itu, pengembangan pemahaman terhadap program PAUD, di samping disampaikan melalui pendidikan anak usia dini, perlu juga dilakukan di lingkungan pendidikan dasar sampai Perguruan Tinggi. Hal ini penting, karena terkait dengan perubahan pola pikir yang mendasar dalam mendidik anak sehingga kelak pelajaran tersebut akan menjadi orang tua yang siap memberikan layanan pendidikan terhadap anak-anaknya.
Pada masa usia dini ketujuh macam kecerdasan belum berkembang secara optimal, tetepi ada kalanya kecerdasan tersebut sudah mulai tampak. Salah satu cirinya adalah anak dapat menampilkan kemampuan melebihi teman-teman sebayanya. Seorang anak yang mempunyai kecerdasan musikalitas pada umumnya dengan cepat dapat menirukan nada dengan tepat, atau menghafal lagu dengan cepat. Anak-anak ini perlu diberi rangsangan dengan mengajaknya untuk bernyanyi atau bermain musik agar kemampuannya berkembang.
Salah satu anak yang mempunyai kecerdasan matematika adalah memiliki kemampuan dan kesenangan dalam bidang berhitung. Anak-anak yang demikian perlu dirangsang dengan dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang bersangkut paut dengan angka.
Anak-anak yang mempunyai kecerdasan di bidang kinestitik dapat terdeteksi melalui kemampuannya yang berhubungan dengan kelenturan tubuh, misalnya menari atau olahraga. Untuk membantu mengembangkan kemampuannya, anak-anak tersebut perlu diajak untuk menari atau melakukan kegiatan-kegiatan yang memerlukan gerakan-gerakan tubuh.
Kecerdasan linguistik dipunyai oleh anak-anak yang gemar membaca atau bercerita. Dengan demikian, untuk mengembangkan kecerdasan kebahasaan anak-anak tersebut perlu diberi rangsangan  dengan diajak membaca dan mengungkapkannya.
Anak-anak yang mempunyai kemampuan untuk mengingat tempat atau mengetahui posisi-posisi dengan tepat, berarti yang bersangkutan mempunyai kecerdasan spasial atau kecerdasan ruang. Untuk meningkatkan kecerdasan tersebut anak-anak perlu dirangsang dengan permainan-permainan yang terkait dengan ruang, slah satunya adalah bermain puzzle.
Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan untuk memahami hal-hal yang terjadi pada dirinya. Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuannya untuk mengungkapkan perasaan atau isi hati. Kecerdasan ini dapat dikembangkan dengan cara anak-anak diminta untuk mengungkapkanapa yang terjadi dan apa yang dirasakan.
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan seorang anak untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Mengajak anak untuk bergaul dengan teman-temannya baik teman-temanny baik teman lama maupun teman yang baru dikenalnya akan sangat membantu dalam upaya mengembangkan kecerdasan intrapersonal ini.
Ketujuh macama inteligensi ini perlu dikembangkan sejak anak masih  usia dini. Karena masa-masa tersebut adalah masa golden age. Pada masa tersebut kecerdasan dapat berkembang paling optimal, karena pada masa itulah anak-anak paling peka untuk mengangkap segala rangsangan yang masuk dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan John Locke, yaitu teori tabularasa yang mengibaratkan anak sebagai meja yang terbuat dari lilin. Makna teori ini adalah dapat dibentuk apa saja bergantung pada pendidiknya.
Uraian tersebut menggambarkan bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Sehubungan dengan hal itu baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat harus memberikan kondisi kepada anak agar ketujuh kecerdasan yang dimiliki dapat berkembang.
            Orientasi belajar anak usia dini sebaiknya lebih difokuskan pada pengembangan karakter yang positif  sehingga aset yang dimiliki anak dapat dikembangkan secara optimal. Dengan demikian orientasi belajar anak usia dini adalah mengembangakan potensi dan kemampuan dasar, mengembangkan sikap dan minat belajar, serta membangun dasar kepribadian yang positif. Ketiga hal tersebut dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dikenal dengan program pengembangan diri peserta didik.
             Pradigma baru tentang pendidikan, khususnya mengenai pembelajaran dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan pendidikan yang dihadapi, seperti kualitas, kuantitas, efektivitas, dan efisiensi pendidikan yang sudah lama belum terpecahkan. Pradigma baru tersebut adalah “ school menjadi learning (sekolah menjadi belajar), dengan pradigma pembelajaran: learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk bekerja), learning to be (belajar untuk hidup), learning to live together (belajar untuk hidup bersama), kurikulum berbasis kompetensi dan pradigma-pradigma lainnya bertujuan untuk mengupayakan fondasi dan mengembangkan anak untuk memiliki kemampuan yang utuh dan menyeluruh.
            Untuk merealisasikan pradigma tersebut diatas, perlu adanya upaya dari lembaga atau instansi penyelenggara pendidikan dan pengelola pendidikan. Para ahli merasa memiliki tanggung jawa terhadap hal tersebut, dengan mengajukan pembelajaran inovatif, salah satunya disebut PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yang diberlakukan mulai dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP), hal ini dikemas dalam standar proses yang harus diperhatikan oleh para pendidik dalam mengelola pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan demikian, PAIKEM sebagai salah satu inovasi pendidikan harus dijadikan layanan pendidikan anak usia dini yang sejalan dengan pradigma usia dini; dapat membantu anak untuk mengembangkan intelegensi pada usia 0-4 tahun berkembnag 50 % dan usia 4-8 tahun 80 %.
            Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa PAIKEM adalah pembelajaran yang dirancang agar anak mengaktifkan diri, mengembangkan kreativitas, dan mereka merasa senang, aman, dan mudah mencapai tujuan. Pradigma yang dijadikan acuan dalam pembelajaran tersebut adalah (1) Belajar Aktif (active learning) (2) Belajar Kreatif (3) Belajar Menyenangkan (4) Belajar Bermakna, yang dibarengi dengan strategi pembelajaran seperti pembelajaran kooperatif dan kontekstual.
Ciri-ciri PAIKEM adalah sebagai berikut :
1.      Anak didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan melalui perbuatan.
2.      Guru menggunakan berbagai variasi metode dan media untuk membangkitkan semangat dan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga pembelajaran menarik dan menyenangkan, sesuai dengan karakteristik dan perkembangan anak didik.
3.      Guru mengatur kelas yang dapat membuat anak betah belajar.
4.      Guru menerapkan pembelajaran yang kooperatif dan interaktif termasuk didalamnya pembelajaran kelompok.
5.      Guru mendorong anak didik untuk menemukan pemecahan masalah untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan dalam menciptakan lingkungan sekolah.
Dalam program-program PAUD haruslah terjadi pemenuhan berbagai macam kebutuhan anak, mulai dari kesehatan, nutrisi, dan stimulasi pendidikan juga harus dapat memberdayakan lingkungan masyarakat sekitar sebagai sumber belajar. Prinsip pelaksanaan program PAUD harus mengacu pada prinsip umum yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak sebagai berikut:
1.      Nondeskriminasi, sehingga semua anak dapat memperoleh pendidikan sejak usia dini tanpa membedakan suku bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat sosial, serta kebutuhan khusus setiap anak.
2.      Dilakukan demi kebaikan anak, yang diwujudkan dalam layanan pembelajaran, kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, emosional dan konteks sosial budaya.
3.      Mengakui adanya hak hidup, kelangsungan hiduap dan perkembangan yang sudah melekat pada anak.
4.      Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child), pendapat anak yang tentunya menyangkut kehidupannya perlu mendapatkan perhatian dan tanggapan.

   OLEH : JUHERI 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRINSIP DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

TUJUAN UTAMA TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PENGERTIAN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA