Contoh Makalah Kehidupan Ekonomi Indonesia Pasca Kemerdekaan
Contoh
Makalah Kehidupan Ekonomi Indonesia Pasca Kemerdekaan
By : M. hamid rohman ( ES : 2014138290160 )
Mahasiswa STAINIM Sidoarjo
Matkul : aplikasi ekonnomi
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Menjelaskan kebijakan sementara pemerintah dalam hidup ekonomi
pasca proklamasi
Kondisi perekonomian
Indonesia di awal kemerdekaan dalam keadaan sulit sebab bangsa Indonesia belum
memiliki mata uang sendiri. Untuk sementara pemerintah RI menetapkan berlakunya
tiga mata uang di Indonesia antara lain, mata uang de
Javache Bank , mata uang Hindia Belanda, dan mata uang
penduduk Jepang.
Ada beberapa sebab
kondisi ekonomi Indonesia di awal kemerdekaan mengalami kemerosotan adalah
sebagai berikut :
1. Peredaran mata uang Jepang yang tidak terkendali.
2. Diedarkan uang cadangan sebesar 2.3 miliar.
3. Kas Negara kosong.
4. Pajak dan bea masuk sangan berkurang.
5. Hasil prodoksi pertanian dan perkebunan tidak dapat diekspor.
Dalam mengatasi kondisi
perekonomian yang makin memburuk, pemerintah mengambil langkah-langkah sebagai
berikut.
1946. Mengangkan Ir. Suharman sebagai Menteri Keuangan, mengusulkan
pada Badan Pekerjaan Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) untuk
mlaksanakan pinjaman nasional. Pinjaman nasional merupakan upayah pemerintah RI
unutk mengumpulkan dana dari masyarakat unutk menyelanggarakn pemerintahan.
Usul ini diterima BP-KNIP sebagai salah satu solusi dari krisis ekonomi.
Pinjaman nasional dilakukan pada bulan juli 1946. Rakyat harus menytor uangnya
ke Bank Tabunagn Pos atau rumah-rumah penggadaian. Upayah penyetoran pada tahap
awal berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp.500.000.000,00.
Dana yang dosetor oloeh rakyat Indonesia akan dikembalakan selama 40 tahun.
1947. Pada tanggal 1 Oktober 1946 dikeluarkan UU No. 17 Tahun 1946
tentang Pengeluaran Uang Kertas Republik Indonesia yang kemudian dikenal dengan
Oeang Republik Indonesia (ORI). Pada tanggal 25 Oktober 1946 diatur dengan
dasar pertukarannya dengan UU No. 19 Tahun 1946, yakni 50 rupiah uang Jepang
disamakan 1 rupiah ORI, dan diluar Jawa dan Madura 100 rupiah uang Jepang sama
dengan 1 rupiah ORI.
1948. Setelah menerbitkan ORI , pemerintah RI kemudian mendirikan
suatu bank yang fngsiny sebagai pengatur nelai tukar uang pendudukan Jepang dan
ORI . Bank tersebut adalah bank Negara Indonesia (BNI) yang didirikan 1
November 1946. Bank ini pada awalnya adalah sebuah yayasan pusat bank yang
didirikan oleh Margono Djojohadikusumo pada bulan Juli 1946 . tugas BNI
kemudian di alihkan pada Bank Indonesia sejak tahun 1953, setelah dilakukan
nasionalisasi terhadap De
Javasche Bank .
1949. Pada bulan februari 1946 pemerintah melakukan konfrensi ekonomi
yang menghasilkan konsepsi sebagai berikut .
1950. Bahan makann akan di tandatngani Badan Pengawasan Makan Rakyat
yang kemudian menjadi Badan Persediaan dan Pembahagian Bahan Makanan(PPBM).
1951. Meningkatkan produksi perkebunan diawasi langsung pemerintah.
1952. Dibentuk Badan Perencanaan Ekonomi oleh Menteri Kemakmuran
dr.A.K. Gani pada tanggal 19 Januari 1947.
Hasil sidang BPE
memutuskan Rencana Pembangunan sepuluh tahun rencana pertama yang
dikemukakan yaitu sebagai berikut.
1. Semua bangunan umum, perkebunan, dan industri yang telah ada
sebelum menjadi milik Negara.
2. Bengunan vital yang bersifat umum milik asing dinasoinalisasikan
dengan pembayaran ganti rugi .
3. Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap
RI.
4. Perusahaan modal asing swasta lainya dikembaliakan kepada yang
berhak sesudah diadakan perjanjian RI dengan Belanda .
5. Menteri Persediaan Makanan Rakyat , I.J. Kasimo membuat rencana
kima tahunan, yaitu sebagai berikut :
·
Memperbanyak kebun bibit dan padi
unggul.
·
Penanaman kembali lahan-lahan
kosong di Sumatra.
·
Pencegahan penyembelihan hewan
yang berperan dalam pertanian.
·
Mengadakan teransmigrasi 20 juta
penduduk Pulau Jawa ke Sumatra dalam waktu 15 tahun.
Rencana Kasimo ini sesuai
dengan Rekonstruksi dan Rasionalisasi (RERA)angakatan perang pada tahun 1948.
Tetapi rencan Kasimo tidak berhasil dilaksanakan dengan baik, karena situasi politik
yang tidak stabil dan adanya Agresi Militer Belanda II.
6. Pelaksanaan program Rekonstruksi dan Rasionalisasi (Rera)
7. Pemerintah mendorong para pengusaha swasta ikut serta dalam
perkembangan ekonomi nasional dengan mengaktifkan kembali Persatuan Tenaga
Ekonomi (PTE).
8. Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA) diaktifkan
kembali dalam rangka menegakkan ekonomi Indonesia. Selanjutnya, pada masa
Kabinet Djuanda berusaha memperbaiki ekonomi dengan menggunakan MUNAP
(Musyawarah Nasional Pembangunan).
9. Nasionaliasasi De
Javasche Bank Indonesia . Sebelum kita membicarakan
nasionalisasi De
Javasche Bank, kita ketahui bahwa usaha pemeritah RI dalam
memperbaiki ekonomi dan keuangan dengan membentuk bank Negara Indonesia (BNI)
pada tanggal 1 November 1946, yang berawal dari sebuah yayasan pusat Bank yang
didirikan Kuli 1946 di bawah Margono Joyohadikoesoemo, yang sebelumnya telah
dirintis BRI.
Selanjutnya, pada akhir
tahun 1951 kebijakan ekonomi keuangan ditijau kembali sesudah
nasionalisasi De Javasche Bank menjadi
bank Indonesia . cabinet Soekiman akhirnya menasionalisasikan De
Javasche Bank yang sebelumnya milik Belanda , kemudian
dinasionalisasikan menjadi milik Republik Indonesia.
Adapun proses
nasionalisasinya adalah sebagai berikut.
·
Dibentuk panitia
nasionalisasi De
Javasche Bank pada tanggal 19 Juni 1951 berdsarkan keputusan
Pemerintah No. 118 Tahun 1951 tanggal 2 Juni 1951.
·
Tugas panitia mengajukan usul
rencana nasionalisasi.
1. Menjelaskan tujuan belada melakukan blockade ekonomi pasca proklamasi
!
Adanya blokade ekonomi
oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar
negri RI.
Blokade laut ini dimulai
pada bulan November 1945 ini, menutup pintu keluar-masuk perdagangan RI. Adapun
alasan pemerintah Belanda melakukan blokade ini adalah:
·
Untuk mencegah dimasukkannya
senjata dan peralatan militer ke Indonesia;
·
Mencegah dikeluarkannya
hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya;
·
Melindungi bangsa Indonesia dari
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang bukan Indonesia.
Upaya pemerintah untuk
keluar dari masalah blokade tersebut adalah sebagai berikut.
·
Usaha bersifat politis, yaitu
Diplomasi Beras ke India
Pemerintah Indonesia
bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang ditimpa bahaya kelaparan
dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah. Pemerintah
melakukan hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda maka hasil panen Indonesia
yang melimpah tidak dapat dijual keluar negeri sehingga pemerintah berani
memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946 akan diperoleh suplai hasil
panen sebesar 200.000 sampai 400.000 ton. Sebagai imbalannya pemerintah India
bersedia mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia
pada saat itu. Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga karena yang penting
adalah dukungan dari negara lain yang sangat diperlukan dalam perjuangan
diplomatik dalam forum internasional. Adapun keuntungan
politis yang diperoleh Indonesia dengan adanya kerjasama
dengan India ini adalah Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari India secara
diplomatik atas perjuangan Indonesia di forum internasional.
·
Mengadakan hubungan dagang
langsung dengan luar negeri
Membuka hubungan dagang
langsung ke luar negeri dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta.
Usaha tersebut antara lain :
·
Mengadakan kontak dagang dengan
perusahaan swasta Amerika (Isbrantsen Inc.). Tujuan dari kontak ini adalah
membuka jalur diplomatis ke berbagai negara. Dimana usaha tersebut dirintis
oleh BTC (Banking and Trading Corporation)
atau Perseroan Bank dan Perdagangan, suatu badan perdagangan semi-pemerintah
yang membantu usaha ekonomi pemerintah, dipimpin oleh Sumitro Djojohadikusumo
dan Ong Eng Die. Hasil transaksi pertama dari kerjasama tersebut adalah Amerika
bersedia membeli barang-barang ekspor Indonesia seperti gula, karet, teh, dan
lain-lain. Tetapi selanjutnya kapal Amerika yang mengangkut barang pesanan RI
dan akan memuat barang ekspor dari RI dicegat dan seluruh muatannya disita oleh
kapal Angkatan Laut Belanda.
·
Karena blokade Belanda di Jawa
terlalu kuat maka usaha diarahkan untuk menembus blokade ekonomi Belanda di
Sumatera dengan tujuan Malaysia dan Singapura. Usaha tersebut dilakukan sejak
1946 sampai akhir masa perang kemerdekaan. Pelaksanaan ini dibantu oleh
Angkatan laut RI serta pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor. Karena
perairan di Sumatra sangatlah luas, maka pihak Belanda tidak mampu melakukan
pengawasan secara ketat. Hasilnya Indonesia berhasil menyelundupkan karet yang
mencapai puluhan ribu ton dari Sumatera ke luar negeri, terutama ke Singapura.
Dan Indonesia berhasil memperoleh senjata , obat-obatan dan barang-barang lain
yang dibutuhkan.
·
Pemerintah RI pada 1947 membentuk
perwakilan resmi di Singapura yang diberi nama Indonesian Office (Indoff). Secra resmi badan ini merupakan badan yang
memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri, namun secara rahasia
berusaha menembus blokade ekonomi Belanda dengan melakukan perdagangan barter.
Diharapkan dengan upaya ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Selain itu juga berperan sebagai perantara dengan pedagang Singapura dan
mengusahakan pengadaan kapal-kapal yang diperlukan.
·
Dibentuk perwakilan kemetrian
pertahanan di luar negeri yaitu Kementrian Pertahanan Urusan Luar Negeri (KPULN)
yang dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini adalah membeli
senjata dan perlengkapan angkatan perang.
1. menuliskan beberapa upaya pemerintah RI untuk mengatasi
kekacauan dibidang ekonomi
USAHA-USAHA
MENGATASI KESULITAN EKONOMI
Pada awal kemerdekaan
masih belum sempat melakukan perbaikan ekonomi secara baik. Baru mulai Pebruari
1946, pemerintah mulai memprakarsai usaha untuk memecahkan masalah-masalah
ekonomi yang mendesak. Upaya-upaya itu diantaranya sebagai berikut :
·
Pinjaman Nasional
Program Pinjaman Nasional
ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan. lr. Surachman dengan
persetujuan BP-KNIP. Pinjaman Nasional akan dibayar kembali selama jangka waktu
40 tahun. Besar pinjaman yang dilakukan pada bulan Juli 1946 sebesar Rp.
1.000.000.000,00. Pada tahun pertama berhasil dikumpulkan uang sejumlah Rp.
500.000.000,00. Sukses yang dicapai ini menunjukkan besarnya dukungan dan
kepercayaan rakyat kepada Pemerintah RI.
·
Konferensi Ekonomi, Februari 1946
Konferensi ini dihadiri
oleh para cendekiawan, para gubernur dan para pejabat lainnya yang
bertanggungjawab langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa. Konferensi ini
dipimpin oleh Menteri Kemakmuran, Ir. Darmawan Mangunkusumo.
Tujuan konferensi ini adalah untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi
masalah-masalah ekonomi yang mendesak, seperti :
1. masalah produksi dan distribusi makanan
Dalam masalah produksi
dan distribusi bahan makanan disepakati bahwa sistem autarki lokal
sebagai kelanjutan dari sistem ekonomi perang Jepang, secara berangsur-angsur
akan dihapuskan dan diganti dengan sistem desentralisasi.
1. masalah sandang
Mengenai masalah sandang
disepakati bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti
dengan Badan Persediaan dan Pembagian Makanan (PPBM) yang
dipimpin oleh dr. Sudarsono dan
dibawah pengawasan Kementerian Kemakmuran. PPBM dapat dianggap sebagai awal
dari terbentuknya Badan Urusan Logistik (Bulog).
1. status dan administrasi perkebunan-perkebunan
Mengenai masalah
penilaian kembali status dan administrasi perkebunan yang merupakan perusahaan
vital bagi RI, konferensi ini menyumbangkan beberapa pokok pikiran. Pada masa
Kabinet Sjahrir, persoalan status dan administrasi perkebunan ini dapat
diselesaikan. Semua perkebunan dikuasai oleh negara dengan sistem sentralisasi
di bawah pengawasan Kementerian Kemakmuran.
Konferensi Ekonomi kedua
diadakan di Solo pada tanggal 6 Mei 1946. Konferensi kedua ini membahas masalah
perekonomian yang lebih luas, seperti program ekonomi pemerintah, masalah
keuangan negara, pengendalian harga, distribusi dan alokasi tenaga manusia.
Dalam konferensi ini Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta memberikan
saran-saran yang berkaitan dengan masalah rehabilitasi pabrik gula. Hal ini
disebabkan gula merupakan bahan ekspor yang penting, oleh karena itu
pengusahaannya harus dikuasai oleh negara. Hasil ekspor ini diharapkan dapat
dibelikan atau ditukar dengan barang-barang lainnya yang dibutuhkan RI. Saran
yang disampaikan oleh Wakil Presiden ini dapat direalisasikan pada tanggal 21
Mei 1946 dengan dibentuknya Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN)
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3/1946. Peraturan tersebut disempurnakan
melalui Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1946, tanggal 6 Juni 1946 mengenai
pembentukan Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).
·
Pembentukan Planning Board (Badan
Perancang Ekonomi) pada tanggal
19 Januari 1947
Pembentukan Badan ini
atas inisiatif Menteri Kemakmuran, dr. A.K. Gani. Badan
ini merupakan badan tetap yang bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi
untuk jangka waktu 2 sampai 3 tahun. Sesudah Badan Perancang ini
bersidang, A.K. Gani mengumumkan
Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun. Untuk mendanai Rencana Pembangunan ini
terbuka baik bagi pemodal dalam negeri maupun bagi pemodal asing. Untuk
menampung dana pembangunan tersebut pemerintah akan membentuk Bank
Pembangunan.
Pada bulan April 1947,
Badan Perancang ini diperluas menjadi Panitia
Pemikir Siasat Ekonomi yang dipimpin langsung oleh Wakil
Presiden Moh. Hatta, sedangkan
A.K. Gani sebagai wakilnya. Panitia ini bertugas mempelajari, mengumpulkan data
dan memberikan saran kepada pemerintah dalam merencanakan pembangunan ekonomi
dan dalam rangka melakukan perundingan dengan pihak Belanda.
Semua hasil pemikiran ini
belum berhasil dilaksanakan dengan baik, karena situasi politik dan militer
yang tidak memungkinkan. Agresi Militer Belanda mengakibatkan sebagian besar
daerah RI yang memiliki potensi ekonomi baik, jatuh ke tangan Belanda. Wilayah
RI tinggal beberapa keresidenan di Jawa dan Sumatera yang sebagian besar
tergolong sebagai daerah minus dan berpenduduk padat. Pecahnya Pemberontakan
PKI Madiun dan Agresi Militer Belanda II mengakibatkan kesulitan ekonomi
semakin memuncak.
·
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (RERA) pada tahun
1948.
`
Program yang diprakarsai oleh Wakil Presiden Drs.
Moh. Hatta ini, dimaksudkan untuk mengurangi beban negara
dalam bidang ekonomi, disamping meningkatkan efesiensi. Rasionalisasi ini meliputi
penyempurnaan administrasi negara, Angkatan Perang dan aparat ekonomi.
Sejumlah satuan Angkatan Perang dikurangi secara dratis. Selanjutnya
tenaga-tenaga bekas Angkatan Perang ini disalurkan ke bidang-bidang produktif
dan diurus oleh Kementerian Pembangunan dan Pemuda.
·
Rencana Kasimo (Kasimo Plan)
Program ini disusun oleh
Menteri Urusan Bahan Makanan I.J. Kasimo. Pada
dasarnya program ini berupa Rencana Produksi Tiga Tahun, 1948-1950 mengenai
usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk
pelaksanaan yang praktis. Untuk mningkatkan produksi bahan pangan dalam program
ini, Kasimo menyarankan agar :
281. menanami tanah-tanah kosong di Sumatera timur seluas 281.277 ha
282. di Jawa dilakkan intensifikasi dengan
menanam bibit unggul
283. pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi
produksi pangan.
284. disetiap desa dibentuk kebun-kebun bibit.
285.
·
Persatuan Tenaga
Ekonomi (PTE)
Organisasi yang
dipimpin B.R. Motik ini,
bertujuan untuk menggiatkan kembali partisipasi pengusaha swasta. Dengan
dibentuknya PTE juga diharapkan dapat dan melenyapkan individualisasi di
kalangan organisasi pedagang sehingga dapat memperkokoh ketahanan ekonomi
bangsa Indonesia. Pemerintah menganjurkan agar pemerintah daerah usaha-usaha
yang dilakukan oleh PTE. Akan tetapi nampaknya PTE tidak dapat berjalan dengan
baik. PTE hanya mampu mendirikan Bank PTE di Yogyakarta dengan modal awal Rp.
5.000.000. Kegiatan PTE semakin mundur akibat dari Agresi Militer Belanda.
Selain PTE perdagangan
swasta lainnya yang juga membantu usaha ekonomi pemerintah adalah Banking
and Trading Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan).
Menjelaskan yang dimaksud
uang ORI dan bagaimana penggunaanya
Oeang
Republik Indonesia (ORI) Emisi I (depan/belakang)
Oeang
Republik Indonesia atau ORI adalah mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka.
Pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya
berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama
negara merdeka. Resmi beredar pada 30 Oktober 1946, ORI tampil dalam bentuk uang kertas bernominal satu sen dengan gambar muka keris terhunus dan gambar belakang teks undang-undang. ORI ditandatangani Menteri Keuangan saat
itu A.A. Maramis. Pada hari itu juga dinyatakan bahwa uang Jepang dan uang Javasche Bank tidak berlaku lagi. ORI pertama dicetak oleh Percetakan Canisius dengan desain sederhana dengan
dua warna dan memakai pengaman serat halus.
Presiden Soekarno menjadi tokoh yang paling sering tampil dalam desain uang
kertas ORI dan uang kertas Seri ORI II yang terbit di Jogjakarta pada 1 Januari 1947, Seri ORI III di Jogjakarta pada 26 Juli 1947, Seri ORI Baru di Jogjakarta pada 17 Agustus 1949, dan Seri Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jakarta
pada 1 Januari 1950.Meski masa peredaran ORI cukup singkat, namun ORI telah
diterima di seluruh wilayah Republik Indonesia dan ikut menggelorakan semangat
perlawanan terhadap penjajah. Pada Mei 1946, saat suasana di Jakarta genting,
maka Pemerintah RI memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di daerah
pedalaman, seperti di Jogjakarta, Surakarta dan Malang.Namun peredaran ORI tersebut sangat terbatas dan tidak mencakup
seluruh wilayah Republik Indonesia. Di Sumatera yang beredar adalah mata uang
Jepang. Pada 8 April 1947 Gubernur Provinsi Sumatera mengeluarkan rupiah URIPS-Uang Republik Indonesia Propinsi Sumatera.
BAB
III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dengan mengetahui
kehidupan ekonomi RI pasca- proklamasi sampai demokrasi Liberal, kami dapat
menarik kesimpulan bahwa
1. Kondisi perekonomian Indonesia di awal kemerdekaan dalam keadaan
sulit sebab bangsa Indonesia belum memiliki mata uang sendiri. Untuk sementara
pemerintah RI menetapkan berlakunya tiga mata uang di Indonesia antara lain,
mata uang de
Javache Bank , mata uang Hindia Belanda, dan mata uang
penduduk Jepang.
2. Tujuan belanda melakukan blockade ekonomi pasca proklamasi
·
Untuk mencegah dimasukkannya
senjata dan peralatan militer ke Indonesia;
·
Mencegah dikeluarkannya
hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya;
·
Melindungi bangsa Indonesia dari
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang bukan Indonesia.
3. Upaya pemerintah RI untuk mengatasi kekacauan dibidang ekonomi
·
Pinjaman Nasional
·
Konferensi Ekonomi, Februari 1946
·
Pembentukan Planning Board (Badan
Perancang Ekonomi) pada tanggal 19 Januari 1947
·
Rencana Kasimo (Kasimo Plan)
·
Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)
4. Pengertian uang ORI dan bagaimana penggunaanya
Oeang Republik Indonesia
atau ORI adalah mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka. Pemerintah memandang
perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat
pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.
1. SARAN
Walaupun makalah ini jauh
dari kesempurnaan kami menginginkan saran, kritik, dan tanggapan anda yang
dapat dijadikan pelajaran bagi kami.
Komentar
Posting Komentar